Kamis, 16 Mei 2013

Pendekatan gestalt


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pendekatan konseling Gestalt dikembangkan oleh Frederick S. Pearls pada tahun 1894 – 1970. Terapi Gestal berdasarkan filsafat eksistensialisme. Aliran ini banyak dipengaruhi oleh psikologi Gestalt. Terapi ini untuk membantu individu yang mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan diri dalam kehidupannya dan lingkungannya, sedang individu tersebut memiliki gangguan psikologis dan potensi yang dimiliki itu tidak dapat berkembang secara wajar. Inti dari terapi ini adalah penyadaran individu, penyadaran ini menunjuk kepada suatu jenis pengalaman saat ini dan berkembang karena hubungan individu dengan lingkungannya, dan penyadaran ini mencakup pikiran dan perasaan berdasarkan persepsi individu pada saat sekarang terhadap situasi sekarang atau bahwa yang paling prinsip adalah membantu individu untuk mencapai kesadaran akan dirinya dan lingkungannya.
Teori ini merupakan pendekatan dalam layanan konseling yang memandang manusia sebagai keseluruhan, bukan merupakan jumlah dari bagian-bagian kepribadian.

B.      RUMUSAN MASALAH
1.      Konsep dasar Gestalt?
2.      Hakekat Manusia Gestalt?
3.      Hakekat konseling Gestalt?
4.      Tujuan konseling  Gestalt?
5.      Karakteristik Gestalt?
6.      Peran dan fungsi konselor Gestalt?
7.      Hubungan konselor dengan klien Gestalt?
8.      Tahap konseling Gestalt?
9.      Teknik konseling Gestalt?
10.  Kelebihan dan keterbatasan Gestalt?





C.     TUJUAN
1.      Untuk mengetahui Konsep dasar  Gestalt
2.      Untuk mengetahui Hakekat Manusia Gestalt
3.      Untuk mengetahui Hakekat konseling Gestalt
4.      Untuk mengetahui Tujuan konseling Gestalt
5.      Untuk mengetahui Karakteristik Gestalt
6.      Untuk mengetahui Peran dan fungsi konselor Gestalt
7.      Untuk mengetahui Hubungan konselor dengan klien Gestalt
8.      Untuk mengetahui Tahap konseling Gestalt
9.      Untuk mengetahui Teknik konseling Gestalt
10.  Untuk mengetahui Kelebihan dan keterbatasan Gestalt


















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Dasar
Terapi ini berpandangan bahwa manusia itu dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut (perasaan, pikiran, dan sebagainya).
Parsons mengemukakan beberapa asumsi pokok tentang manusia yang dipergunakan sebagai dasar sebagai terapi gestalt, sebagai berikut :
1.      Manusia merupakan keseluruhan yang terdiri dari badan, emosi, pikiran, sensasi dan persepsi yang semuanya mempunyai fungsi dan saling berhubungan.
2.      Manusia adalah bagian dari lingkungannya dan tidak dapat dipelajari dan dipahami di luar dari itu.
3.      Manusia adalah proactive dari pada reactive. Ia menentukan responnya terhadap stimulus yang dari lingkungannya.
4.      Manusia mempunyai kemampuan untuk menjadi sadar akan sensasinya, pikirannya, emosinya dan persepsi – persepsinya.
5.      Manusia melalui kesadaran diri mampu untuk memilih dan bertanggung jawab terhadap tindakan perilakunya.
6.      Manusia mempunyai perlengkapan dan sumber-sumber untuk kehidupannya secara efektif dan untuk mengembangkan diri melalui kemampuan yang dimiliknya sendiri.
7.      Manusia hanya dapat mengalami sendiri dalam masa sekarang. Masa lalu dan masa yang akan dating hanya dapat dialami dengan melalui mengingat-ingat.
Teori kepribadian yang mendasari terapi gestalt akan diuraikan berturut-turut tentang kepribadian, frustasi, karakter, pathologi, kedewasaan dan kecemasan.
1.   Kepribadian
Pearls menganggap bahwa konsep kepribadian yang dikemukakan oleh Freud itu masih kurang sempurna, karena Freud tidak merumuskan secara jelas mengenai lawan dari superego. Menurut Pearls superego menyangkut masalah : kekuasaan, kebenaran, kesempurnaan. Superego menghukum individu dengan adanya suatu keharusan, keinginan, dan ketakutan akan ancaman. Sedangkan lawannya (lawan superego), menguasai individu dengan penekanan yang baik dalam keadaan mempertahankan diri.
Konsep dasar terapi Gestalt adalah adanya pertentangan antara kepentingan sosial dan dan biologis, manusia sering menyatakan apa yang seharusnya dari pada apa yang sebenarnya. Hal ini akan mengarahkan pada manusia untuk berpandangan bahwa setiap individu tidak usah seperti apa adanya melainkan apa yang seharusnya.

2.   Frustasi
Dalam kehidupannya seseorang akan melalui fase-fase perkembangannya dan ada yang dapat berkembang secara wajar dan lancar, namun ada juga yang mengalami hambatan, serta kadang-kadang individu dalam hidupnya menghadapi dua pilihan. Pertentangan yang kuat antara kebutuhan sosial dan biologis yang tidak dapat diatasi akan cenderung akan menimbulkan frustasi. Menurut Pearls bahwa frustasi mempunyai unsur positif bagi individu, yaitu mendorong individu untuk menggunakan atau menggerakkan sumber kekuatannya sehingga menemukan potensinya untuk memanipulasi lingkungannya.

3.   Karakter
Menurut Pearls individu yang kurang cukup mengalami frustasi, dalam menggunakan potensinya cenderung menciptakan suasana kebebasan atau yang lain. Di sinilah bahwa individu tersebut mendapatkan apa yang disebut karakter. Pearls menggunakan istilah karakter berbeda dengan umumnya, yaitu suatu keadaan yang dapat menghambat individu dalam mencapai maksudnya. Perkembangan karakter menimbulkan individu kehilangan kemampuan untuk bekerja sama secara bebas dan spontan. Lebih lanjut Pearls mengatakan bahwa makin berkembang karakter seseorang semakin kehilangan potensinya.

4.   Pathologi
Pathologi terjadi bila pikiran dan perasaan tidak dapat diterima oleh dirinya sendiri, sehingga ia kehilangan kekuatan, tenaga dan kemampuan untuk bekerja sama dengan lingkungannya secara baik.



5.   Kedewasaan
Dalam terapi gestalt dimaksudkan untuk membawa individu mencapai kedewasaannnya dalam kehidupannya sendiri dan dapat mengikuti kehidupan lingkungannya, individu yang mempunyai pribadi yang sehat adalah yang mampu memahami lingkungannya. Di samping itu individu tersebut selalu bertanggung jawab atas segala keputusan dan perbuatannya terhadap lingkungan.

6.   Kecemasan
Menurut Pearls, kecemasan itu akan terjadi apabila terdapat kegelisahan antara masa sekarang dan masa yang akan dating. Kecemasan itu timbul karena individu meninggalkan apa yang diyakini sekarang dan terlibat dalam pemikiran-pemikiran tentang keinginan yang dilakukan pada masa yang akan datang. Kecemasan disebabkan karena adanya bayangan yang buruk di masa yang akan dating. Padahal kecemasan itu sebetulnya hanya merupakan suatu ketidak senangan saja dan bukan suatu bencana, hal inilah sebagai awal usaha untuk penyadaran diri individu.

B.     Hakekat Manusia
1.   Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan
2.   Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut
3.   Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
4.   Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integrasi atau kebutuhan pribadi.
5.   Manusia hanya dapat dipahami dalam keseluruhan konteksnya
6.   Manusia merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu
7.   Manusia merupakan aktor bukan reaktor
8.   Perkembangan yang terganggu karena terjadi ketidakseimbangan antara apa-apa yang diinginkan dan apa-apa yang dilakukan
9.   Terjadi pertentangan antara keberadaan social dan biologis
10.  Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
11.  Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan dating
12.  Melarikan diri dari kenyataaan yang harus dihadapi
13.  Mengalami dan memelihara unfinished business

C.    Hakekat konseling
Hakekat pendekatan konseling ini adalah Re-owning (memiliki kembali), Re integrasi (penyatuan kembali)

D.    Tujuan konseling
Tujuan terapi gestalt adalah sebagai usaha membantu klien dalam mengintegrasikan diri dalam lingkungannya, dan membantu klien menjadi masak dan bergerak ke arah aktualisasi diri.
Pearls berpendapat bahwa sebaiknya individu itu dapat mengerjakan suatu dari pada hanya memikirkan sesuatu saja. Dalam hal ini terapis membantu klien untuk mengukur kekuatan dan kemampuan dirinya.
Dewasa berarti adanya integrasi kepribadian sebagai suatu keseluruhan, yaitu integrasi dari berbagai bagian, antara lain : perasaan, pikiran, persepsi, dan aspek-aspek lain ke dalam suatu sistem keseluruhan.
Jadi, terapi gestalt bertujuan untuk menyatukan aspek-aspek kepribadian individu untuk menjadi suatu kebulatan yaitu pribadi yang utuh dan integral. Di samping itu terapi gestalt juga bertujuan agar klien dapat bertanggung jawab atas dirinya dalam perkembangan dari aspek-aspek kepribadian yang bulat atau menuju ke sistem keseluruhan.

E.     Karakteristik
v  KARAKTERISTIK KONSELOR :
· Penuh kesadaran
· Bergairah dan bersemangat
· Humoris, hangat, dan penuh kasih sayang
· Kreatif
· Mau memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan klien
· Mampu mengeksplorasi ketakutan – ketakutan pengharapan pengaturan dan penolakan klien



v  KARAKTERISTIK KLIEN :
· Aktif dalam menjawab atau memberikan data yang dibutuhkan konselor
· Meningkatkan kesadaran
· Bertanggung jawab
· Menumbuhkan kematangan
· Menentukan keinginanya

F.     Peran dan fungsi konselor
1.   Mendorong klien untuk dapat melihat kenyataan yang ada pada dirinya dan mau mencoba menghadapinya
2.   Klien bisa diajak memilih dua alternatif, menolak kenyataan yang ada pada dirinya / membuka diri untuk melihat apa yang sebanarnya terjadi pada dirinya / membuka diri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang
3.   Konselor menghindarkan diri dari pikiran-pikiran yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk melakukan diagnosis, interpretasi maupun member nasihat
4.   Konselor sejak awal konseling sudah mengarahkan tujuab agar klien menjadi matang dan mampu menyingkirkan hambatan-hambatan yang menyebabkan klien tidak dapat berdiri sendiri
5.   Konselor membantu klien menghadapi tansisi dari ketergantungannya terhadap faktor menjadi percaya akan kekuatannya sendiri. Usaha ini dilakukan untuk menemukan dan membuka ketersesatan klien
6.   Pada saat klien mengalami gejolak kesesatan dan klien menyatakan kekalahannya terhadap lingkungan dengan cara mengungkapkan kelemahannya, dirinya tidak berdaya, bodoh/gila
7.   Konselor membantu membuat perasaan klien untuk bangkit dan mau menghadapi ketersesatannya sehingga potensi dapat berkembang lebih optimal.

G.    Hubungan konselor dengan klien
Hubungan antara konselor dan klien dalam prakteknya dilaksanakan secara face to face relationship atau hubungan tatap muka.
Dalam kenyataannya hubungan konselor dan klien itu merupakan  proses terapi. Diharapkan konselor, memiliki dan memahami berbagai teknik dalam membantu, namun dalam pemberian terapi penekanannya pada proses hubungan antara terapis dengan klien.
Dalam terapi Gestalt klien dibuat menjadi frustasi supaya ia dapat menemukan caranya sendiri yang sesuai dalam usaha untuk mengembangkan potensinya, guna menemukan dirinya. Simptom umum yang di miliki oleh klien adalah penolakan yang dinampakkan dalam bentuk pobia., melarikan diri dan sebagainya. Pendekatan ini mementingkan di sini dan sekarang dalam proses terapinya. Jadi yang penting apa yang apa yang ada sekarang ini. Terapis aliran gestalt bukan hanya menganalisis saja, tetapi lebih ditekankan untuk mengintegrasikan perhatian dan kesadaran klien. Yang dimaksud dengan perhatian di sini adalah mendengarkan apa yang diangan-angankan atau apa yang tidak disenangi, sedangkan apa yang dimaksudkan dengan kesadaran adalah apa yang sedang dialaminya menyentuh pribadinya dan dunianya. Pearls juga mengemukakan tentang mimpi, bahwa dalam menangani klien, terapis menghidupkan kembali mimpi, tetapi bukan menganalisis mimpi melainkan klien diminta berbuat seperti apa yang dimimpinnya.

H.    Tahap konseling
Tahap-tahap konseling Gestalt:
1.   Fase pertama
a.    Konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien
b.   Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap klien berbeda, karena masing-masing klien mempunyai keunikan sebagai individu serta memiliki kebutuhan yang bergantung kepada masalah yang harus dipecahkan.
2.   Fase kedua
a.    Konselor berusaha meyakinkan dan pengkondisian klien untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien.
b.   Ada dua hal yang dilakukan konselor dalam fase ini, yaitu:
1)   Memberi kesempatan klien untuk menyadari ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya
2)   Makin tinggi kesadaran klien terhadap ketidakpuasannya semakin besar motivasi untuk mencapai perubahan dirinya, sehingga makin tinggi pula keinginannya untuk bekerja sama dengan konselor 
c.    Membangkitkan otonomi klien:
Menekankan kepada klien bahwa klien boleh menolak saran-saran konselor asal dapat mengemukakan alasan-alasannya secara bertanggung jawab
3.      Fase ketiga
a.    Konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada saat ini.
b.   Klien diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi disini dan saat ini
c.    Kadang-kadang klien diperbolehkan memproyeksikan dirinya kepada konselor
d.   Melalui fase ini konselor berusaha menemukan celah-celah kepribadian atau aspek-aspek kepribadian yang hilang, dari sini dapat didefinisikan apa yang harus dilakukan klien
4.      Fase keempat
a.    Setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling
b.   Pada fase ini klien menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi
c.    Klien telah memilki kepercayaan pada potensinya, menyadari keadaan dirinya pada saat sekarang, sadar dan bertanggung jawab atas sifat otonominya, perasaan-perasaannya, pikiran-pikirannya dan tingkah lakunya
d.   Dalam situasi ini klien secara sadar daj bertanggung jawab memutuskan untuk “melepaskan” diri dari konselor dan siap untuk mengembangkan potensi dirinya

I.       Teknik konseling
Teknik-teknik ini mendorong terapis dalam memberikan terapi kepada klien dengan cepat dan  tepat. Teknik-teknik itu sebagai berikut :
1.   Directed awareness: teknik untuk meningkatkan kesadaran klien. Pertanyaan-pertanyaan yang sederhana, langsung, membuat memusatkan kesadaran klien. Terapis menggunakan kesadaran yang ada pada klien untuk memisahkan pertentangan-pertentangan dan penyimpangan dalam komunikasi verbal dan non verbal dari klien. Pengarahan dari terapis harus berpijak pada keadaan sekarang untuk diharmoniskan dengan dirinya sendiri dan terutama menggunakan potensi yang dimiliki.
2.   Games of dialogue: klien ditanya untuk mengembangkan dialog antara bagian-bagian yang konflik yang ada dalam dirinya. Contohnya: anda tidak boleh mengekspresikan kemarahan anda, dan dijawabnya: tetapi saya marah. Dialog ini dimaksudkan untuk membantu membuat keduanya itu ada padanya secara penuh dan digunakan manakala terjadi penyimpangan-penyimpangan pada dirinya.
3.   Palying the projection: teknik ini dipergunakan ketika klien mengeluh dan menyalahkan dengan tidak menyadari bagaimana mereka memroyeksikan sikap mereka kepada orang laijn secara baik. Tujuan dari teknik ini untuk memiliki kembali dan mengintegrasikan bagian-bagian yang ada dalam dirinya.
4.   Reveral techniques. Dengan teknik ini dimaksudkan klien bertindak menurut sikap-sikap atau dalam sikap-sikap yang merupakan kebalikan dari apa yang biasa mereka lakukan. Cara ini untuk menolong klien menyadari bagian dari dirinya yang dia tidak tahu bahwa itu ada dan dengan demikian menolong mereka untuk memulai proses penerimaan atribut personal yang selama ini ditolaknya.
5.   Assuming responsibility. Klien ditanya dengan menggunakan potongan kalimat. “saya bertanggung jawab atas hal itu”, yang diucapkan pada setiap akhir pernyataan yang dibuatnya. Teknik ini dikembangkan untuk menolong klien dalam menyadari fakta-fakta bahwa mereka bertanggung jawab atas sikap pemikiran dan perasaan yang dialami.
6.   Staying with a feeling. Teknik ini dapat digunakan untuk menolong klien yang mengalami perasaan-perasaan yang tidak senang. Terapis meminta klien untuk meneruskan perasaan itu betapapun sakitnya atau menakutkannya pengalaman itu dan bahkan melebih-lebihkan persaan itu. Menghadapi dan mengalami, mempertahankan perasaan ini memaksa klien untuk menerima pengalaman-pengalaman emosionalnya sebagai bagian dari dirinya.
7.   May I feed you a sentence. Dalam teknik ini konselor memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk diucapkan oleh klien. Ucapan ini dapat menagkap sikap, perasaan dari klien dan ini dapat diamati oleh konselor. Sikap atau perasaan yang tidak disadari oleh klien, klien disuruh mencoba mengucapkan kalimat itu dengan cara mengulanginya. Dengan cara demikian klien akan dapat menjadi sadar atas sikap/perasaan yang sebelumnya ia terapkan.   

J.      Kelebihan dan keterbatasan
Kelebihan dari konseling gestalt adalah:
Dalam hal ini penekanan pada keseluruhan dan kesatuan perilaku. Berkaitan dengan ini, adalah penggunaan pentingnya perilaku non verbal sebagai bagian integral sumber pengetahuan terhadap individu


Beberapa kelemahan konseling gestalt, antara lain:
a.    Terminologi yang digunakan cenderung “idiosyncratic” kepada system
b.   Sedikit bukti empiris penelitian terhadap efektivitas terapi





















BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
1.      Teori Gestalt merupakan suatu pendekatan konseling yang didasarkan pada suatu pemikiran bahwa individu harus dipahami pada konteks hubungan yang sedang berjalan dengan lingkungan (ongoing relationships). Sehingga salah satu tujuan konseling yang ingin dicapai oleh Gestalt adalah menyadarkan (awareness) konseli terhadap apa yang sedang dialami dan bagaimana mereka menangani masalahnya. Gestalt berkeyakinan bahwa melalui kesadaran ini maka perubahan akan muncul secara otomatis.
2.      Pendekatan konseling gestalt di terapkan untuk mengatasi klien yang mengalami masalah-masalah perasaan seperti konflik, kecemasan,dendam, marah, kesedihan mendalam.
3.      Pendekatan Gestalt mengarahkan konseli untuk secara langsung mengalami masalahnya daripada hanya sekedar berbicara situasi yang seringkali bersifat abstrak. Dengan begitu, konselor Gestalt akan berusaha untuk memahami secara langsung bagaimana konseli berpikir, bagaimana konseli merasakan sesuatu dan bagaimana konseli melakukan sesuatu, sehingga konselor akan “hadir secara penuh” (fully present) dalam proses konseling sehingga yang pada akhirnya memunculkan kontak yang murni (genuine contacs) antara konselor dengan konseli.

1 komentar: