Belajar Itu Menyenangkan
Kamis, 16 Mei 2013
Hal-hal yang perlu ditampilkan anggota kelompok
1.
Membina keakraban dalam kelompok
2.
Melibatkan diri secara penuh dalam suasana kelompok
3.
Bersama-sama mencapai tujuan kelompok
4.
Membina dan mematuhi aturan kegiatan kelompok
5.
Ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok
6.
Berkomunikasi secara bebas dan terbuka
7.
Membantu anggota lain dalam kelompok
8.
Memberikan kesempatan kepada anggta lain dalam
kelompok
9.
Menyadari pentingnya kegiatan kelompok
Langkah-langkah belajar efektif
Langkah-langkah belajar efektif
adalah mengetahui
- diri sendiri
- kemampuan belajar anda
- proces yang berhasil anda gunakan, dan dibutuhkan
- minat, dan pengetahuan atas mata pelajaran anda inginkan
Empat langkah untuk belajar.
Mulai dengan cetak halaman ini dan jawab pertanyan-pertanyaannya. Lalu rencanakan strategi anda dari jawaban-jawabanmu, dan dengan "Pedoman Belajar" yang lain.
Mulai dengan masa lalu
|
Apakah
pengalaman anda tentang cara belajar? Apakah anda
What was your experience about how you learn? Did you
Bagaimana anda berkomunikasi dengan apa yang anda ketahui belajar paling baik? Melalui ujian tertulis, naskah, atau wawancara? |
Teruskanke masa sekarang
|
Berminatkah anda?
Apakah keadaannya benar untuk meraih sukses?Berapa banyak waktu saya ingin gunakan untuk belajar? Apa yang bersaing dengan perhatian saya? Apa yang bisa saya kontrol, dan apa yang di luar kontrol saya? Bisakah saya merubah kondisi ini menjadi sukses? Apa yang mempengaruhi pembaktian anda terhadap pelajaran ini? Apakah saya punya rencana? Apakah rencanaku mempertimbangkan pengalaman dan gaya belajar anda? |
Pertimbangkan
persoalan utamaproses, |
Apa judulnya?
Apakah yang telah saya ketahui?Apa kunci kata yang menyolok? Apakah saya mengerti? Apakah saya mengetahui pelajaran sejenis lainnya? Sumber-sumber dan informasi yang mana bisa membantu saya? Apakah saya mengandalkan satu sumber saja (contoh, buku)? Apakah saya perlu mencari sumber-sumber yang lain? Sewaktu saya belajar, apakah saya tanya diri sendiri jika saya mengerti? Sebaiknya saya mempercepat atau memperlambat? Jika saya tidak mengerti, apakah saya tanya kenapa? Apakah saya berhenti dan meringkas? Apakah saya berhenti dan bertanya jika ini logis? Apakah saya berhenti dan mengevaluasi (setuju/tidak setuju)? Apakah saya membutuhkan waktu untuk berpikir dan kembali lagi? Apakah saya perlu mendiskusi dengan "pelajar-pelajar" lain untuk proces informasin lebih lanjut? Apakah saya perlu mencari "para ahli", guruku atau pustakawan atau ahliawan? |
Buat
review |
Apakah kerjaan saya benar?
Apakah saya memilih kondisi yang benar?Apakah bisa saya kerjakan lebih baik? Apakah rencana saya serupa dengan "diri sendiri"? Apakah saya meneruskannya; apakah saya disipline pada diri sendiri? Apakah anda sukses? Apakah anda merayakan kesuksesan anda? |
Pedoman:
·
Perhatikan waktumu.
·
Refleksikan bagaimana kamu
menghabiskan waktumu.
·
Sadarilah kapan kamu
menghabiskan waktumu dengan sia-sia.
·
Ketahuilah kapan kamu
produktif.
Dengan mengetahui bagaimana kamu menghabiskan waktu
dapat membantu untuk:Membuat daftar "Kerjaan". Tulislah hal-hal yang harus kamu kerjakan, kemudian putuskan apa yang dikerjakan sekarang, apa yang dikerjakan nanti, apa yang dikerjakan orang lain, dan apa yang bisa ditunda dulu pengerjaannya.
Membuat jadwal harian/mingguan. Catat janji temu, kelas dan pertemuan pada buku/tabel kronologis. Selalu mengetahui jadwal selama sehari, dan selalu pergi tidur dengan mengetahui kamu sudah siap untuk menyambut besok.
Merencanakan jadwal yang lebih panjang. Gunakan jadwal bulanan sehingga kamu selalu bisa merencanakan kegiatanmu lebih dulu. Jadwal ini juga bisa mengingatkanmu untuk membuat waktu luangmu dengan lebih nyaman.
Rencana Jadwal Belajar Efektif:
- Beri waktu yang cukup untuk tidur, makan dan kegiatan hiburan.
- Prioritaskan tugas-tugas.
- Luangkan waktu untuk diskusi atau mengulang bahan sebelum kelas.
- Atur waktu untuk mengulang langsung bahan pelajaran setelah kelas. Ingatlah bahwa kemungkinan terbesar untuk lupa terjadi dalam waktu 24 jam tanpa review.
- Jadwalkan waktu 50 menit untuk setiap sesi belajar.
- Pilih tempat yang nyaman (tidak mengganggu konsentrasi) untuk belajar.
- Rencanakan juga "deadline".
- Jadwalkan waktu belajarmu sebanyak mungkin pada pagi/siang/sore hari.
- Jadwalkan review bahan pelajaran mingguan.
- Hati-hati, jangan sampai diperbudak oleh jadwalmu sendiri!
Waktu masih
remaja, kita mempunyai kemampuan untuk belajar dan melihat kelalaian masa lalu.
Ketika kita mulai mengikuti
ajaran-ajaran keluarga, sekolah, dan lingkungan, motivasi kita di awal tahun
berganti dari tujuan kita ke menyenangkan orang lain, dan sering kali keinginan
kita untuk belajar penderitaan.Bagaimana anda bisa motivasi diri sendiri?
Dengan latihan ini, coba untuk
- mengakui rasa penemuan anda
- bertanggung jawab pada pelajaranmu
- menerima resiko dari belajar dengan kepercayaan, kemampuan, dan otonomi
- mengakui bahwa "kegagalan" adalah
sukses:
belajar dari kegagalan alalah dengan jalan yang sama belajar apa - merayakan prestasi anda jika dapat mencapai tujuan anda
Sumber :
http://www.studygs.net/indon/
Lenka Everything At Once
As sly as a fox, as strong as an ox
As fast as a hare, as brave as a bear
As free as a bird, as neat as a word
As quite as a mouse, as big as a house
All I wanna be, all I wanna be, oh
All I wanna be is everything
As mean as a wolf, as sharp as a tooth
As deep as a bite, as dark as the night
As sweet as a song, as right as a wrong
As long as a road, as ugly as a toad
As pretty as a picture hanging from a fixture
Strong like a family, strong as I wanna be
Bright as day, as light as play
As hard as nails, as grand as a whale
All I wanna be, all I wanna be, oh
All I wanna be is everything
As warm as the, the sun, as silly as fun
As cool as a tree, as scary as the sea
As hot as fire, cold as ice
Sweet as sugar and everything nice
As old as time, as straight as a line
As royal as a queen, as buzzed as a bee
Stealth as a tiger, smooth as a glide
Pure as a melody, pure as I wanna be
All I wanna be, all I wanna be, oh
All I wanna be is everything
As fast as a hare, as brave as a bear
As free as a bird, as neat as a word
As quite as a mouse, as big as a house
All I wanna be, all I wanna be, oh
All I wanna be is everything
As mean as a wolf, as sharp as a tooth
As deep as a bite, as dark as the night
As sweet as a song, as right as a wrong
As long as a road, as ugly as a toad
As pretty as a picture hanging from a fixture
Strong like a family, strong as I wanna be
Bright as day, as light as play
As hard as nails, as grand as a whale
All I wanna be, all I wanna be, oh
All I wanna be is everything
As warm as the, the sun, as silly as fun
As cool as a tree, as scary as the sea
As hot as fire, cold as ice
Sweet as sugar and everything nice
As old as time, as straight as a line
As royal as a queen, as buzzed as a bee
Stealth as a tiger, smooth as a glide
Pure as a melody, pure as I wanna be
All I wanna be, all I wanna be, oh
All I wanna be is everything
Pendekatan gestalt
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pendekatan konseling Gestalt
dikembangkan oleh Frederick S. Pearls pada tahun 1894 – 1970. Terapi Gestal
berdasarkan filsafat eksistensialisme. Aliran ini banyak dipengaruhi oleh psikologi
Gestalt. Terapi ini untuk membantu individu yang mengalami kesulitan dalam
mengintegrasikan diri dalam kehidupannya dan lingkungannya, sedang individu
tersebut memiliki gangguan psikologis dan potensi yang dimiliki itu tidak dapat
berkembang secara wajar. Inti dari terapi ini adalah penyadaran individu,
penyadaran ini menunjuk kepada suatu jenis pengalaman saat ini dan berkembang
karena hubungan individu dengan lingkungannya, dan penyadaran ini mencakup
pikiran dan perasaan berdasarkan persepsi individu pada saat sekarang terhadap
situasi sekarang atau bahwa yang paling prinsip adalah membantu individu untuk
mencapai kesadaran akan dirinya dan lingkungannya.
Teori ini merupakan pendekatan dalam
layanan konseling yang memandang manusia sebagai keseluruhan, bukan merupakan
jumlah dari bagian-bagian kepribadian.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Konsep
dasar Gestalt?
2. Hakekat
Manusia Gestalt?
3. Hakekat
konseling Gestalt?
4. Tujuan
konseling Gestalt?
5. Karakteristik
Gestalt?
6. Peran
dan fungsi konselor Gestalt?
7. Hubungan
konselor dengan klien Gestalt?
8. Tahap
konseling Gestalt?
9. Teknik
konseling Gestalt?
10. Kelebihan
dan keterbatasan Gestalt?
C. TUJUAN
1. Untuk
mengetahui Konsep dasar Gestalt
2. Untuk
mengetahui Hakekat Manusia Gestalt
3. Untuk
mengetahui Hakekat konseling Gestalt
4. Untuk
mengetahui Tujuan konseling Gestalt
5. Untuk
mengetahui Karakteristik Gestalt
6. Untuk
mengetahui Peran dan fungsi konselor Gestalt
7. Untuk
mengetahui Hubungan konselor dengan klien Gestalt
8. Untuk
mengetahui Tahap konseling Gestalt
9. Untuk
mengetahui Teknik konseling Gestalt
10. Untuk
mengetahui Kelebihan dan keterbatasan Gestalt
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Dasar
Terapi
ini berpandangan bahwa manusia itu dalam kehidupannya selalu aktif sebagai
suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari
bagian-bagian, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut
(perasaan, pikiran, dan sebagainya).
Parsons
mengemukakan beberapa asumsi pokok tentang manusia yang dipergunakan sebagai
dasar sebagai terapi gestalt, sebagai berikut :
1. Manusia
merupakan keseluruhan yang terdiri dari badan, emosi, pikiran, sensasi dan
persepsi yang semuanya mempunyai fungsi dan saling berhubungan.
2. Manusia
adalah bagian dari lingkungannya dan tidak dapat dipelajari dan dipahami di
luar dari itu.
3. Manusia
adalah proactive dari pada reactive. Ia menentukan responnya terhadap stimulus
yang dari lingkungannya.
4. Manusia
mempunyai kemampuan untuk menjadi sadar akan sensasinya, pikirannya, emosinya
dan persepsi – persepsinya.
5. Manusia
melalui kesadaran diri mampu untuk memilih dan bertanggung jawab terhadap
tindakan perilakunya.
6. Manusia
mempunyai perlengkapan dan sumber-sumber untuk kehidupannya secara efektif dan
untuk mengembangkan diri melalui kemampuan yang dimiliknya sendiri.
7. Manusia
hanya dapat mengalami sendiri dalam masa sekarang. Masa lalu dan masa yang akan
dating hanya dapat dialami dengan melalui mengingat-ingat.
Teori kepribadian yang mendasari
terapi gestalt akan diuraikan berturut-turut tentang kepribadian, frustasi, karakter,
pathologi, kedewasaan dan kecemasan.
1. Kepribadian
Pearls menganggap bahwa konsep
kepribadian yang dikemukakan oleh Freud itu masih kurang sempurna, karena Freud
tidak merumuskan secara jelas mengenai lawan dari superego. Menurut Pearls
superego menyangkut masalah : kekuasaan, kebenaran, kesempurnaan. Superego
menghukum individu dengan adanya suatu keharusan, keinginan, dan ketakutan akan
ancaman. Sedangkan lawannya (lawan superego), menguasai individu dengan
penekanan yang baik dalam keadaan mempertahankan diri.
Konsep dasar terapi Gestalt adalah
adanya pertentangan antara kepentingan sosial dan dan biologis, manusia sering
menyatakan apa yang seharusnya dari pada apa yang sebenarnya. Hal ini akan
mengarahkan pada manusia untuk berpandangan bahwa setiap individu tidak usah
seperti apa adanya melainkan apa yang seharusnya.
2. Frustasi
Dalam kehidupannya seseorang akan
melalui fase-fase perkembangannya dan ada yang dapat berkembang secara wajar
dan lancar, namun ada juga yang mengalami hambatan, serta kadang-kadang
individu dalam hidupnya menghadapi dua pilihan. Pertentangan yang kuat antara
kebutuhan sosial dan biologis yang tidak dapat diatasi akan cenderung akan
menimbulkan frustasi. Menurut Pearls bahwa frustasi mempunyai unsur positif
bagi individu, yaitu mendorong individu untuk menggunakan atau menggerakkan
sumber kekuatannya sehingga menemukan potensinya untuk memanipulasi
lingkungannya.
3. Karakter
Menurut Pearls individu yang kurang
cukup mengalami frustasi, dalam menggunakan potensinya cenderung menciptakan
suasana kebebasan atau yang lain. Di sinilah bahwa individu tersebut
mendapatkan apa yang disebut karakter. Pearls menggunakan istilah karakter
berbeda dengan umumnya, yaitu suatu keadaan yang dapat menghambat individu
dalam mencapai maksudnya. Perkembangan karakter menimbulkan individu kehilangan
kemampuan untuk bekerja sama secara bebas dan spontan. Lebih lanjut Pearls
mengatakan bahwa makin berkembang karakter seseorang semakin kehilangan
potensinya.
4. Pathologi
Pathologi terjadi bila pikiran dan
perasaan tidak dapat diterima oleh dirinya sendiri, sehingga ia kehilangan
kekuatan, tenaga dan kemampuan untuk bekerja sama dengan lingkungannya secara
baik.
5. Kedewasaan
Dalam terapi gestalt dimaksudkan untuk
membawa individu mencapai kedewasaannnya dalam kehidupannya sendiri dan dapat
mengikuti kehidupan lingkungannya, individu yang mempunyai pribadi yang sehat
adalah yang mampu memahami lingkungannya. Di samping itu individu tersebut
selalu bertanggung jawab atas segala keputusan dan perbuatannya terhadap
lingkungan.
6. Kecemasan
Menurut Pearls, kecemasan itu akan terjadi
apabila terdapat kegelisahan antara masa sekarang dan masa yang akan dating.
Kecemasan itu timbul karena individu meninggalkan apa yang diyakini sekarang
dan terlibat dalam pemikiran-pemikiran tentang keinginan yang dilakukan pada
masa yang akan datang. Kecemasan disebabkan karena adanya bayangan yang buruk
di masa yang akan dating. Padahal kecemasan itu sebetulnya hanya merupakan
suatu ketidak senangan saja dan bukan suatu bencana, hal inilah sebagai awal
usaha untuk penyadaran diri individu.
B.
Hakekat
Manusia
1. Manusia
dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan
2. Setiap
individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian organ-organ
seperti hati, jantung, otak dan sebagainya, melainkan merupakan suatu
koordinasi semua bagian tersebut
3. Manusia
aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan
tingkah lakunya
4. Setiap
individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki
dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya
integrasi atau kebutuhan pribadi.
5. Manusia
hanya dapat dipahami dalam keseluruhan konteksnya
6. Manusia
merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya
dengan lingkungannya itu
7. Manusia
merupakan aktor bukan reaktor
8. Perkembangan
yang terganggu karena terjadi ketidakseimbangan antara apa-apa yang diinginkan
dan apa-apa yang dilakukan
9. Terjadi
pertentangan antara keberadaan social dan biologis
10. Ketidakmampuan
individu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
11. Mengalami
gap/kesenjangan sekarang dan yang akan dating
12. Melarikan
diri dari kenyataaan yang harus dihadapi
13. Mengalami
dan memelihara unfinished business
C.
Hakekat
konseling
Hakekat pendekatan konseling ini adalah Re-owning (memiliki
kembali), Re integrasi (penyatuan kembali)
D.
Tujuan
konseling
Tujuan
terapi gestalt adalah sebagai usaha membantu klien dalam mengintegrasikan diri
dalam lingkungannya, dan membantu klien menjadi masak dan bergerak ke arah
aktualisasi diri.
Pearls
berpendapat bahwa sebaiknya individu itu dapat mengerjakan suatu dari pada
hanya memikirkan sesuatu saja. Dalam hal ini terapis membantu klien untuk
mengukur kekuatan dan kemampuan dirinya.
Dewasa
berarti adanya integrasi kepribadian sebagai suatu keseluruhan, yaitu integrasi
dari berbagai bagian, antara lain : perasaan, pikiran, persepsi, dan
aspek-aspek lain ke dalam suatu sistem keseluruhan.
Jadi,
terapi gestalt bertujuan untuk menyatukan aspek-aspek kepribadian individu
untuk menjadi suatu kebulatan yaitu pribadi yang utuh dan integral. Di samping
itu terapi gestalt juga bertujuan agar klien dapat bertanggung jawab atas
dirinya dalam perkembangan dari aspek-aspek kepribadian yang bulat atau menuju
ke sistem keseluruhan.
E.
Karakteristik
v KARAKTERISTIK KONSELOR :
· Penuh kesadaran
· Bergairah dan bersemangat
· Humoris, hangat, dan penuh kasih sayang
· Kreatif
· Mau memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan
klien
· Mampu mengeksplorasi ketakutan – ketakutan pengharapan
pengaturan dan penolakan klien
v KARAKTERISTIK KLIEN :
· Aktif dalam menjawab atau memberikan
data yang dibutuhkan konselor
· Meningkatkan kesadaran
· Bertanggung jawab
· Menumbuhkan kematangan
· Menentukan keinginanya
F.
Peran
dan fungsi konselor
1. Mendorong
klien untuk dapat melihat kenyataan yang ada pada dirinya dan mau mencoba
menghadapinya
2. Klien
bisa diajak memilih dua alternatif, menolak kenyataan yang ada pada dirinya /
membuka diri untuk melihat apa yang sebanarnya terjadi pada dirinya / membuka
diri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang
3. Konselor
menghindarkan diri dari pikiran-pikiran yang abstrak, keinginan-keinginannya
untuk melakukan diagnosis, interpretasi maupun member nasihat
4. Konselor
sejak awal konseling sudah mengarahkan tujuab agar klien menjadi matang dan
mampu menyingkirkan hambatan-hambatan yang menyebabkan klien tidak dapat
berdiri sendiri
5. Konselor
membantu klien menghadapi tansisi dari ketergantungannya terhadap faktor
menjadi percaya akan kekuatannya sendiri. Usaha ini dilakukan untuk menemukan
dan membuka ketersesatan klien
6. Pada
saat klien mengalami gejolak kesesatan dan klien menyatakan kekalahannya
terhadap lingkungan dengan cara mengungkapkan kelemahannya, dirinya tidak berdaya,
bodoh/gila
7. Konselor
membantu membuat perasaan klien untuk bangkit dan mau menghadapi
ketersesatannya sehingga potensi dapat berkembang lebih optimal.
G.
Hubungan
konselor dengan klien
Hubungan
antara konselor dan klien dalam prakteknya dilaksanakan secara face to face
relationship atau hubungan tatap muka.
Dalam
kenyataannya hubungan konselor dan klien itu merupakan proses terapi. Diharapkan konselor, memiliki
dan memahami berbagai teknik dalam membantu, namun dalam pemberian terapi
penekanannya pada proses hubungan antara terapis dengan klien.
Dalam
terapi Gestalt klien dibuat menjadi frustasi supaya ia dapat menemukan caranya
sendiri yang sesuai dalam usaha untuk mengembangkan potensinya, guna menemukan
dirinya. Simptom umum yang di miliki oleh klien adalah penolakan yang
dinampakkan dalam bentuk pobia., melarikan diri dan sebagainya. Pendekatan ini
mementingkan di sini dan sekarang dalam proses terapinya. Jadi yang penting apa
yang apa yang ada sekarang ini. Terapis aliran gestalt bukan hanya menganalisis
saja, tetapi lebih ditekankan untuk mengintegrasikan perhatian dan kesadaran
klien. Yang dimaksud dengan perhatian di sini adalah mendengarkan apa yang
diangan-angankan atau apa yang tidak disenangi, sedangkan apa yang dimaksudkan
dengan kesadaran adalah apa yang sedang dialaminya menyentuh pribadinya dan
dunianya. Pearls juga mengemukakan tentang mimpi, bahwa dalam menangani klien,
terapis menghidupkan kembali mimpi, tetapi bukan menganalisis mimpi melainkan
klien diminta berbuat seperti apa yang dimimpinnya.
H.
Tahap
konseling
Tahap-tahap konseling
Gestalt:
1. Fase
pertama
a. Konselor
mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi yang memungkinkan
perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien
b. Pola
hubungan yang diciptakan untuk setiap klien berbeda, karena masing-masing klien
mempunyai keunikan sebagai individu serta memiliki kebutuhan yang bergantung
kepada masalah yang harus dipecahkan.
2. Fase
kedua
a. Konselor
berusaha meyakinkan dan pengkondisian klien untuk mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan sesuai dengan kondisi klien.
b. Ada
dua hal yang dilakukan konselor dalam fase ini, yaitu:
1) Memberi
kesempatan klien untuk menyadari ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya
2) Makin
tinggi kesadaran klien terhadap ketidakpuasannya semakin besar motivasi untuk
mencapai perubahan dirinya, sehingga makin tinggi pula keinginannya untuk
bekerja sama dengan konselor
c. Membangkitkan
otonomi klien:
Menekankan kepada klien
bahwa klien boleh menolak saran-saran konselor asal dapat mengemukakan
alasan-alasannya secara bertanggung jawab
3. Fase
ketiga
a. Konselor
mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada saat ini.
b. Klien
diberi kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada
masa lalu, dalam situasi disini dan saat ini
c. Kadang-kadang
klien diperbolehkan memproyeksikan dirinya kepada konselor
d. Melalui
fase ini konselor berusaha menemukan celah-celah kepribadian atau aspek-aspek
kepribadian yang hilang, dari sini dapat didefinisikan apa yang harus dilakukan
klien
4. Fase
keempat
a. Setelah
klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan
tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling
b. Pada
fase ini klien menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan integritas
kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi
c. Klien
telah memilki kepercayaan pada potensinya, menyadari keadaan dirinya pada saat
sekarang, sadar dan bertanggung jawab atas sifat otonominya,
perasaan-perasaannya, pikiran-pikirannya dan tingkah lakunya
d. Dalam
situasi ini klien secara sadar daj bertanggung jawab memutuskan untuk
“melepaskan” diri dari konselor dan siap untuk mengembangkan potensi dirinya
I.
Teknik
konseling
Teknik-teknik
ini mendorong terapis dalam memberikan terapi kepada klien dengan cepat
dan tepat. Teknik-teknik itu sebagai
berikut :
1. Directed
awareness: teknik untuk meningkatkan kesadaran klien. Pertanyaan-pertanyaan
yang sederhana, langsung, membuat memusatkan kesadaran klien. Terapis
menggunakan kesadaran yang ada pada klien untuk memisahkan pertentangan-pertentangan
dan penyimpangan dalam komunikasi verbal dan non verbal dari klien. Pengarahan
dari terapis harus berpijak pada keadaan sekarang untuk diharmoniskan dengan
dirinya sendiri dan terutama menggunakan potensi yang dimiliki.
2. Games
of dialogue: klien ditanya untuk mengembangkan dialog antara bagian-bagian yang
konflik yang ada dalam dirinya. Contohnya: anda tidak boleh mengekspresikan
kemarahan anda, dan dijawabnya: tetapi saya marah. Dialog ini dimaksudkan untuk
membantu membuat keduanya itu ada padanya secara penuh dan digunakan manakala
terjadi penyimpangan-penyimpangan pada dirinya.
3. Palying
the projection: teknik ini dipergunakan ketika klien mengeluh dan menyalahkan
dengan tidak menyadari bagaimana mereka memroyeksikan sikap mereka kepada orang
laijn secara baik. Tujuan dari teknik ini untuk memiliki kembali dan
mengintegrasikan bagian-bagian yang ada dalam dirinya.
4. Reveral
techniques. Dengan teknik ini dimaksudkan klien bertindak menurut sikap-sikap
atau dalam sikap-sikap yang merupakan kebalikan dari apa yang biasa mereka
lakukan. Cara ini untuk menolong klien menyadari bagian dari dirinya yang dia
tidak tahu bahwa itu ada dan dengan demikian menolong mereka untuk memulai
proses penerimaan atribut personal yang selama ini ditolaknya.
5. Assuming
responsibility. Klien ditanya dengan menggunakan potongan kalimat. “saya
bertanggung jawab atas hal itu”, yang diucapkan pada setiap akhir pernyataan
yang dibuatnya. Teknik ini dikembangkan untuk menolong klien dalam menyadari
fakta-fakta bahwa mereka bertanggung jawab atas sikap pemikiran dan perasaan
yang dialami.
6. Staying
with a feeling. Teknik ini dapat digunakan untuk menolong klien yang mengalami
perasaan-perasaan yang tidak senang. Terapis meminta klien untuk meneruskan
perasaan itu betapapun sakitnya atau menakutkannya pengalaman itu dan bahkan
melebih-lebihkan persaan itu. Menghadapi dan mengalami, mempertahankan perasaan
ini memaksa klien untuk menerima pengalaman-pengalaman emosionalnya sebagai
bagian dari dirinya.
7. May
I feed you a sentence. Dalam teknik ini konselor memberikan
pertanyaan-pertanyaan untuk diucapkan oleh klien. Ucapan ini dapat menagkap
sikap, perasaan dari klien dan ini dapat diamati oleh konselor. Sikap atau
perasaan yang tidak disadari oleh klien, klien disuruh mencoba mengucapkan kalimat
itu dengan cara mengulanginya. Dengan cara demikian klien akan dapat menjadi
sadar atas sikap/perasaan yang sebelumnya ia terapkan.
J.
Kelebihan
dan keterbatasan
Kelebihan dari
konseling gestalt adalah:
Dalam hal ini
penekanan pada keseluruhan dan kesatuan perilaku. Berkaitan dengan ini, adalah
penggunaan pentingnya perilaku non verbal sebagai bagian integral sumber
pengetahuan terhadap individu
Beberapa
kelemahan konseling gestalt, antara lain:
a. Terminologi
yang digunakan cenderung “idiosyncratic” kepada system
b. Sedikit
bukti empiris penelitian terhadap efektivitas terapi
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Teori
Gestalt merupakan suatu pendekatan konseling yang didasarkan pada suatu
pemikiran bahwa individu harus dipahami pada konteks hubungan yang sedang
berjalan dengan lingkungan (ongoing relationships). Sehingga salah satu tujuan
konseling yang ingin dicapai oleh Gestalt adalah menyadarkan (awareness)
konseli terhadap apa yang sedang dialami dan bagaimana mereka menangani
masalahnya. Gestalt berkeyakinan bahwa melalui kesadaran ini maka perubahan
akan muncul secara otomatis.
2. Pendekatan
konseling gestalt di terapkan untuk mengatasi klien yang mengalami
masalah-masalah perasaan seperti konflik, kecemasan,dendam, marah, kesedihan
mendalam.
3. Pendekatan
Gestalt mengarahkan konseli untuk secara langsung mengalami masalahnya daripada
hanya sekedar berbicara situasi yang seringkali bersifat abstrak. Dengan
begitu, konselor Gestalt akan berusaha untuk memahami secara langsung bagaimana
konseli berpikir, bagaimana konseli merasakan sesuatu dan bagaimana konseli
melakukan sesuatu, sehingga konselor akan “hadir secara penuh” (fully present)
dalam proses konseling sehingga yang pada akhirnya memunculkan kontak yang
murni (genuine contacs) antara konselor dengan konseli.
Langganan:
Postingan (Atom)